Indonesia berdiri bukan hanya karena diplomasi di meja perundingan, tetapi juga karena perjuangan dan pengorbanan para pahlawan. Salah satu di antaranya adalah Marsekal Muda Anumerta Agustinus Adisutjipto, pilot pertama angkatan darat Indonesia. Sosok ini tidak hanya mewariskan keberanian dan keahliannya menerbangkan pesawat, tetapi juga karena ajaran dan filosofi hidupnya yang mendalam.Ajaran dan filosofi hidupnya yang hingga saat ini masih sangat relevan menjadi bekal untuk kami semua dalam menjalani hidup. Di tengah krisis integritas, rendahnya kedisiplinan publik, dan kecenderungan masyarakat mencari jalan yang instan, kita semua terkena akal-akalan tersebut. Fenomena ini tampak jelas dengan bukti maraknya praktik korupsi, budaya malas, serta penurunan performa kerja. Kita sebagai generasi muda harus menyangkal hal negatif tersebut dan mengikuti sikap pantang menyerah, rendah hati, disiplin dan tanggung jawab seperti Adisutjipto.
Pertama, sikap pantang menyerah membuat kita mampu melewati situasi yang sulit. Menurut teori motivasi Abraham Maslow tentang self-actualization menjelaskan bahwa manusia hanya bisa mencapai puncak potensinya bila mampu terus berjuang menghadapi kesulitan, sebagaimana dicontohkan oleh Adisutjipto yang tetap berjuang walau memiliki keterbatasan sarana.
Kedua, Kerendahan hati masih relevan di tengah kondisi di mana masyarakat modern sering terjebak dalam egoisme. Menurut ajaran kitab suci, Galatia 6:9 yang berbunyi “janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah”. Ayat ini mengingatkan bahwa janganlah jemu berbuat baik karena kebaikan yang konsisten akan berubah pada waktunya. Santo Vinsensius juga menekankan bahwa kerendahan hati adalah kunci dari menerima Allah sebagai sumber kebaikan sekaligus mengakui keterbatasan diri sehingga tidak ada yang egois, melainkan hidup untuk melayani sesama. Adisutjipto memberi contoh bahwa meski memiliki keahlian luar biasa sebagai pilot, ia tidak menjadikan itu alasan untuk meninggikan diri, melainkan tetap hidup melayani bangsa.

Ketiga, disiplin dan tanggung jawab menjadi landasan terciptanya masyarakat yang tertib dan maju bersama. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, yang menegaskan bahwa setiap orang selain memiliki hak juga memiliki kewajiban untuk menghormati orang lain dan menaati aturan. Adisutjipto menampilkan teladan disiplin dan tanggung jawab seorang prajurit yang selalu menempatkan tugas negara di atas kepentingan pribadi.
Sebagai pelajar, kami tidak bisa beralasan bahwa usia muda atau keterbatasan sarana menjadi penghalang untuk menghidupi nilai-nilai tersebut. Implementasi ajaran Adisutjipto dapat diwujudkan dalam keseharian. Misalnya, dengan membangun integritas akademik: menjauhi praktik menyontek, plagiat, dan budaya instan seperti menggunakan jasa joki tugas. Sikap pantang menyerah dapat dilatih dengan tekun belajar, menghadapi kegagalan dengan lapang dada, serta berani mencoba kembali hingga mencapai hasil optimal. Disiplin dan tanggung jawab diwujudkan dalam mematuhi tata tertib sekolah, mengerjakan tugas tepat waktu, serta menjaga komitmen terhadap janji yang diucapkan. Sedangkan kerendahan hati tampak dalam kesediaan menerima koreksi dari guru maupun teman, serta tidak bersikap arogan saat memperoleh prestasi.
Dengan demikian, Adisutjipto mengajarkan bahwa perjuangan bukan hanya melawan penjajah, tetapi juga melawan kelemahan diri kita sendiri: malas, egois, dan menyerah. Jika kami menghidupi nilai-nilai Adisutjipto yang relevan hingga detik ini, maka kami tidak hanya sekadar mengenang pahlawan, tetapi meneruskan api perjuangan dari seorang pahlawan kepada diri kami yang berjuang di tengah arus globalisasi.
Anggota Kelompok:
Dave Nathanael Herianto / XII A1 / 05
Jonathan Kenzo Hartanto / XII A1 / 16
Kimberly Alice Tanaya / XII A1 / 22
Martha Margaretha Simanjuntak / XII A1 / 25
Matthew Tan Soefajin / XII A1 / 26
Terrence Sulisthio / XII A1 /36
No responses yet