Esai Ekspositori Ignatius Joseph Kasimo – Kelompok 4

Disusun oleh:
1. Bryan Hadiwinoto XII-A1 / 02
2. Delicia Febrilya Sakkung XII-A1 / 06
3. Derren Purbo XII-A1 / 07
4. Jefferson Chandra XII-A1 / 13
5. Raffael Lanova Cahyono XII-A1 / 29
6. Ruben Raymond Delano Darma XII-A1 / 31

Dalam sejarah perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia, banyak tokoh yang telah berjuang hingga mengorbankan nyawanya untuk meraih kemerdekaan. Namun, tidak semua tokoh berhasil berjuang disertai oleh nilai-nilai Kristiani, nasionalisme, dan pelayanan sosial secara bersamaan. Salah satu sosok langka itu adalah Ignatius Joseph Kasimo Hendrowahyono, seorang tokoh Katolik yang tidak hanya dikenal sebagai pejuang kemerdekaan dan tokoh politik, tetapi juga dikenal akan teladan hidup dalam iman dan pengabdiannya kepada bangsa.

Kasimo lahir di Yogyakarta pada 10 April 1900 dalam keluarga yang sederhana. Sejak kecil, ia selalu terbiasa bekerja keras membantu orang tuanya dalam bekerja. Kasimo merupakan anak dari seorang tentara keraton, sehingga sejak kecil ia dididik sesuai dengan tradisi keraton. Di awal kehidupannya yang penuh dengan kesederhanaan, hal itu membentuk kepribadian Kasimo menjadi pribadi yang rendah hati, tekun, dan peka terhadap penderitaan mereka yang lemah dan terpinggirkan. Tidak hanya mendalami iman, Kasimo juga merupakan seseorang yang tekun terhadap pendidikannya, beliau menempuh pendidikan di Kweekschool te Muntilan yang didirikan oleh Romo Van Lith ini, ia kemudian tertarik untuk mendalami agama Katolik dan dibaptis secara Katolik dengan nama baptis Ignatius Joseph.  Kemudian ia menempuh pendidikan di Middelbare Landbouwschool di Bogor. Di sinilah ia mulai aktif dalam organisasi Jong Java, tempat di mana kesadaran nasionalisme mulai tumbuh dalam diri Kasimo.

Peran Kasimo dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia tidak diragukan lagi. Ia mendirikan Pakempalan Politik Katolik Djawi (PPKD), yang kemudian berkembang menjadi Partai Katolik Republik Indonesia. Sebagai anggota Volksraad dari tahun 1931 sampai 1942, ia berjuang dan berani untuk  menyuarakan aspirasi rakyat, menolak diskriminasi terhadap umat Katolik pribumi, dan memperjuangkan hak-hak bangsa. Bahkan dalam masa sulit saat Agresi Militer Belanda II, Kasimo tidak tinggal diam saja. Ia ikut melawan bersama Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) sebagai bentuk kesetiaannya pada Indonesia.

Setelah Indonesia merdeka, Kasimo tetap aktif dalam pemerintahan. Ia menjabat berbagai posisi penting, seperti Menteri Muda Kemakmuran, Menteri Persediaan Makanan Rakyat, dan Menteri Perekonomian. Dalam perannya itu, ia kemudian membentuk Rencana Kasimo, sebuah rencana pembangunan pertanian lima tahun demi mewujudkan keberlanjutan pangan nasional tanpa ketergantungan pihak luar. Kasimo juga terkenal akan ketekunannya pada pendidikan, dapat terlihat di Universitas Katolik Atma Jaya, universitas yang didirikan beliau sebagai bentuk nyata dari keyakinannya bahwa pendidikan adalah kunci kemajuan bangsa. Ini menunjukkan bahwa perjuangan Kasimo tidak berhenti setelah kemerdekaan, tapi terus berlanjut lewat usahanya dalam mendorong reformasi dan membangun bangsa.

Nilai-nilai kehidupan yang dihidupi Kasimo menjadi teladan yang luar biasa. Ia adalah sosok nasionalis sejati, mencintai bangsanya tanpa mengorbankan imannya. Ia juga penuh integritas, tidak pernah tergoda melakukan hal yang tidak etis hanya untuk jabatan yang lebih tinggi. Ia sangat peduli terhadap rakyat kecil, terutama petani dan pekebun pribumi. Kasimo juga menjunjung tinggi pendidikan, menghargai perbedaan agama, serta menjalani hidup dengan kerja keras dan kesederhanaan. Nilai-nilai tersebut tidak lepas dari dasar Kitab Suci yang ia pegang, seperti dalam Markus 12:31, “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri,” menjadi nyata dalam sikap toleransi dan kepeduliannya terhadap seluruh rakyat Indonesia tanpa memandang agama atau golongan. Begitu juga dengan ayat dalam Kolose 3:23, “Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia,” terlihat dalam kerja dan pelayanan publiknya yang penuh komitmen dan tanpa pamrih.

Selain itu, Kasimo juga mencerminkan nilai-nilai Vinsensian, seperti yang diajarkan oleh Santo Vinsensius a Paulo. Beliau hidup dalam kesederhanaan, tidak pernah mencari kemewahan meskipun memiliki posisi penting dalam pemerintahan pada saat itu. Ia juga menunjukkan kerendahan hati, karena tidak pernah menonjolkan diri dalam pelayanannya, bahkan baru diakui sebagai pahlawan nasional puluhan tahun setelah wafatnya. Ia penuh kelembutan hati, dengan empati yang mendalam kepada kaum kecil yang lemah dan terpinggirkan. Ia juga menjalani mati raga, rela berkorban, dan ikut bersuara demi bangsa. Namun, hal terpenting adalah bahwa ia benar-benar menjalani misi untuk menyelamatkan hidup banyak orang, bukan hanya secara rohani, tapi juga lewat perjuangannya dalam membela keadilan, kemanusiaan, dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Dalam pribadi seorang tokoh Ignatius Joseph Kasimo, kita belajar untuk tetap teguh terhadap iman dan tidak hanya melalui ucapan, namun juga melakukan aksi nyata bagi bangsa serta sesama. Ia tidak hanya menjadi seorang politisi, tetapi juga seorang pelayan masyarakat. Ia tidak hanya menjadi seorang pejuang, melainkan juga pendidik yang membentuk karakter. Sosoknya menunjukkan bahwa iman bukan alasan untuk menjauh dari kehidupan sosial, melainkan landasan untuk lebih terlibat secara aktif dalam kehidupan berbangsa. Ignatius Joseph Kasimo menginspirasi kita bahwa menjadi pribadi beriman berarti hadir di tengah masyarakat dengan cinta, kerja keras, dan keberanian.

Tags:

No responses yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Latest Comments